Jakarta, BSSN.go.id – Dalam rangka mewujudkan ketahanan dan keamanan siber di Indonesia, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membentuk tim tanggap insiden siber BRIN-CSIRT (Computer Security Incident Response Team).
Peluncuran BRIN-CSIRT tersebut dilakukan oleh Kepala BSSN Hinsa Siburian dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di Sari Pasific Thamrin, Jakarta, Senin (31/10/2022).
Hinsa menyatakan dari hasil pengukuran, indeks cyber security maturity BRIN mencapai 3.90 atau berada pada level 4 yang berarti sudah melakukan pengelolaan keamanan siber dengan baik. Hinsa menyebut BRIN telah berupaya melindungi sistem elektronik dari aktivitas berbahaya seperti DDOS, SQL injection, dan malware dengan menerapkan firewall, dan network intrution detection system.
“Kami sangat mengapresiasi berbagai langkah pengamanan tersebut. Ditambah lagi dengan pembentukan tim tanggap insiden keamanan siber yang diberi nama BRIN-CSIRT ini merupakan langkah strategis dalam upaya menjaga ruang siber di lingkungan BRIN,” urai Hinsa.
Dalam kesempatan tersebut Hinsa menyebut pembentukan 121 CSIRT merupakan Proyek Prioritas Strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN. Hinsa menambahkan pada 2021 ditambahkan rencana pembentukan 10 CSIRT sehingga target pembentukan CSIRT tahun 2020-2024 menjadi 131 CSIRT.
“BRIN-CSIRT merupakan CSIRT Organisasi ke-87 yang telah teregistrasi BSSN dengan nomor registrasi 108/CSIRT.01.01/BSSN/10/2022,” ungkap Hinsa.
Hinsa Siburian menyatakan sebagai institusi strategis dalam bidang riset dan inovasi yang sangat dengan pemanfaatan dan pengembangan teknologi terkini BRIN perlu memperhatikan aspek keamanan transformasi digital organisasi dan layanan BRIN.
“Keberadaan BRIN-CSIRT diharapkan dapat meningkatkan kesiapan tata kelola, personil dan infrastruktur dalam menghadapi insiden siber yaitu meminimalisir dampak dan mempercepat pemulihan insiden siber,” ungkap Hinsa.
Hinsa menyebut keberhasilan membentuk dan me-launching tim tanggap insiden siber hendaknya tidak dianggap sebagai upaya final dalam melakukan persiapan pengelolaan insiden serangan siber.
“Perlu berbagai program yang berkesinambungan khususnya terkait peningkatan kapabilitas SDM tim tanggap insiden siber dan peningkatan kematangan BRIN-CSIRT,” ungkap Hinsa.
Hinsa menambahkan kemampuan SDM BRIN–CSIRT harus terus ditingkatkan sebagai bekal pelaksanaan tugas sebagai anggota tim tanggap insiden siber BRIN. Peningkatan kualitas SDM CSIRT dapat dilakukan melalui berbagai program pelatihan, workshop, cybersecurity drill test serta program lainnya.
Saya berharap BRIN-CSIRT dapat segera mendukung pengelolaan keamanan informasi dan respon penanganan insiden di lingkungan BRIN dengan efektif, komprehensif, adaptif dan akuntabel guna mendukung terwujudnya ketahanan siber di lingkungan BRIN dan ketahanan siber Indonesia.
Tri Handoko menyatakan pembentukan BRIN-CSIRT tersebut merupakan tantangan yang baru sekaligus peluang bagi BRIN dalam meningkatkan keamanan siber melalui strategi antisipasi, mitigasi, hingga penanggulangan dan pemulihan insiden siber.
“Saya berharap pembentukan BRIN-CSIRT juga dapat menjadi contoh bagi instansi yang lain. Kecanggihan apapun dalam dunia siber akan berbahaya jika tidak dibentengi dengan keamanan siber yang baik,” ungkap Handoko.