Yogyakarta, BSSN.go.id – Museum Sandi, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menerima kunjungan taruna Akademi Militer (AKMIL) di kompleks Museum Sandi, Kotabaru, Yogyakarta, Sabtu (11/2/2023).
Pemimpin rombongan kunjungan taruna AKMIL Kapten Irwan Junaedi menyebut tujuan kunjungan tersebut adalah mengenalkan dan menanamkan kesadaran dan kepedulian taruna terhadap arti penting pelindungan keamanan informasi bagi keamanan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
“Saat ini pelindungan keamanan informasi merupakan hal yang sangat penting, bahkan sudah kita mulai sejak masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui rintisan pendirian organisasi bidang persandian,” ungkap Irwan.
Saat menerima kunjungan seratus taruna AKMIL tersebut, Kepala Museum Sandi Setyo Budi Prabowo menyatakan rasa lega karena AKMIL memiliki awareness tentang pentingnya memberikan kesadaran dan inisiasi budaya keamanan informasi kepada para taruna melalui pengetahuan sejarah rintisan pembentukan BSSN yang ada dalam koleksi Museum Sandi.
Selain menyampaikan peran persandian pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan kepada para taruna, Setyo juga menyampaikan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia pada masa kini di era transformsi digital telah banyak berubah.
“Jika pada masa lalu, musuh datang secara fisik merebut dan menguasai bagian demi bagian wilayah Republik Indonesia menggunakan senjata dan peralatan tempur, kini bentuk ancaman telah berubah. Obyek yang dicari dan diserang dalam berbagai lini kehidupan yang sudah berjalan di ranah siber adalah informasi yang merupakan aspek vital dalam setiap pengambilan keputusan,” ungkap Setyo.
Setyo menyontohkan keberhasilan Jepang meluluhlantahkan Pearl Harbour kala itu sebagai pusat kekuatan Amerika Serikat di Asia Pasifik karena ditopang kekuatan komunikasi sandi angkatan perang Jepang.
“Sebaliknya Amerika Serikat bisa unggul dalam pertempuran di Midway karena komunikasi rahasia berbasis kriptografi Jepang mengenai strategi pertempuran dapat dipecahkan,” ungkap Setyo.
“Sejarah telah mengajarkan kepada kita, keamanan informasi tidak boleh dipertaruhkan. Sudah saatnya seluruh elemen bangsa bersama-sama menggulirkan gerakan jaga ruang siber untuk keamanan dan kedaulatan Indonesia,” ungkap Setyo.
Setelah berkeliling dan mengikuti berbagai penjelasan mengenai koleksi, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari berbagai negara lainnya, perwakilan taruna menyatakan pengetahuan sejarah yang mereka dapatkan tersebut belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
“Informasi sejarah persandian ini tidak dimuat dalam media umum, padahal sangat penting. Kami kira masyarakat perlu mendatangi Museum Sandi untuk mendapatkan berbagai keterangan tersebut,” ungkap salah satu taruna.
Biro Hukum dan Komunikasi Publik – BSSN