Jakarta, BSSN.go.id – Teknologi informasi kini dimanfaatkan di berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali di dunia industri. Menyikapi hal tersebut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyelenggarakan Workshop Vulnerability and Compromised Assessment Sektor Industri Tahun 2022 pada 10-11 Agustus 2022 di Grand Sheraton Hotel Jakarta, Rabu (10/08/2022).
Kegiatan dibuka oleh Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN Markos. Mengawali sambutan Markos menyampaikan data peningkatan serangan siber di Indonesia selama masa pandemi yang berhasil dideteksi oleh BSSN.
“Workshop ini merupakan salah satu perwujudan tugas dan fungsi BSSN dalam mengamankan ruang siber Indonesia. Markos menyatakan workshop tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan kapabilitas para penyelenggara sistem elektronik sektor industri khususnya penanganan dan respon insiden siber,” ujar Markos.
Markos menyatakan dalam workshop tersebut BSSN berkolaborasi dengan salah satu perusahaan Industri keamanan siber nasional yaitu PT. Spentera, sebagai bentuk public private partnership dalam rangka pengembangan ekosistem dan peningkatan kapabilitas keamanan siber sektor Industri.
“Pada 2021 selama pandemi data pengguna internet Indonesia mengalami peningkatan sebesar 40 persen. Hal tersebut bisa digunakan untuk menggambarkan peningkatan interaksi di dunia digital yang semakin intensif sehingga risiko ancaman kejahatan siber juga patut diwaspadai. Dalam kurun tahun tersebut secara nasional tercatat 1,6 miliar serangan siber,” ungkap Markos.
Markos menyebut kejahatan siber diproyeksikan akan terus mengancam berbagai sektor bisnis dan industri sepanjang tahun 2022. Markos juga menyampaikan arti penting aspek tata kelola keamanan informasi dalam pemanfaatan teknologi informasi.
“Di dalam sektor industri pemanfaatan teknologi informasi sangat penting dan vital untuk menunjang proses bisnis organisasi. Jika berbicara mengenai pemanfaatan teknologi informasi maka sangatlah penting bagi setiap organisasi untuk memperhatikan aspek keamanan atau tata kelola keamanan informasi,” ujar Markos.
Markos berharap kegiatan workshop tersebut dapat menjadi salah satu media mewujudkan ruang siber yang lebih aman dan menyiapkan penyelenggara sistem elektronik agar lebih siap dalam menghadapi berbagai serang siber. Markos juga berharap workshop tersebut dapat menjadi media koordinasi yang erat antara BSSN dengan penyelenggara sistem elektronik sektor industri.
Di hari pertama workshop dua hari tersebut, dibahas materi vulnerability assessment dan hari kedua dibahas tema compromised assessment khususnya pada sektor industri.
Narasumber Direktur Keamanan Siber dan Sandi Industri BSSN Intan Rahayu memaparkan materi berjudul Threat Landscape and Risk Profile in Industry Sector. Sandiman Ahli Madya pada Direktorat Operasi Keamanan Siber BSSN yang juga merupakan Ketua ID SIRTI/National CSIRT Taufik Arianto membawakan materi Pengelolaan National CSIRT.
Founder PT. Spentera Thomas Gregory dan Royke L. Tobing memberikan materi pengenalan Security Operation Center dan Penanganan Insiden Siber dengan Sandiman Muda pada Direktorat Keamanan Siber Industri Catur Agus sebagai moderator.
Workshop tersebut dihadiri 38 peserta perwakilan sektor industri dari PT. Pindad (Persero), PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT. Industri Kereta Api (Persero), PT. PAL Indonesia (Persero), Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri), PT. Sucofindo, PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT. Nindya Karya (Persero), PT. Jasa Marga (Persero), PT. Surveyor Indonesia (Persero), PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), PT. Krakatau Steel (Persero), PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero), PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, PT. Biofarma (Persero), dan PT. Globalindo Intimates.