Yogyakarta, BSSN.go.id – Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN Slamet Aji Pamungkas menjadi Keynote Speaker dalam acara Jogja Fintech Security Conference 2024, yang digelar di Hotel Tentrem, Yogyakarta pada Sabtu (30/11/2024).
Menilik perkembangan industri fintech yang berkembang sangat pesat di Indonesia, memberikan banyak peluang sekaligus ancaman bagi masyarakat terkait dengan kebocoran data pribadi. Oleh karena itu, untuk menghadapi ancaman yang semakin canggih, maka dibutuhkan solusi keamanan.
Dalam sambutannya, Deputi Pamungkas memberikan contoh ancaman serangan siber yang dapat terjadi pada fintech ini yaitu Phising seperti melakukan penyamaran untuk mengelabui calon korbannya dengan berbagai cara misal menggunakan email atau domain yang mirip.
“Lalu ada juga ancaman Advance Persistent Threat dimana pelaku berdiam diri dalam suatu sistem menunggu kesempatan untuk mendapatkan akun kredensial agar bisa masuk ke dalam sistem dengan akses yang lebih strategis,” ujar Pamungkas.
Dan yang terakhir ada ancaman Ransomware, dimana pelaku melakukan download dan pencurian data dan informasi dari system kemudian mengunci sistem dengan enkripsi.
“Maka dari itu, kita juga harus care, dan harus aware terhadap keamanan siber,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Pamungkas juga menjelaskan bagaimana solusi keamanan siber untuk fintech, dengan cara membangun Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS), yang bertugas melakukan pencegahan dan mitigasi risiko insiden siber, melakukan penanganan insiden siber, dan memastikan keberlanjutan bisnis paska insiden, serta melakukan pelaporan dan evaluasi insiden siber.
“Selain TTIS, lalukan juga pengukuran tingkat kematangan keamanan siber yang salah satu tugasnya adalah mitigasi risiko dan rekomendasi perbaikan. Ada juga Sandi Data yang memiliki tugas memproteksi keamanan terhadap ancaman kebocoran data dan melakukan backup data. Dan terakhir, capacity building untuk peningkatan kapasitas SDM,” jelas Pamungkas.
Founder dan CEO Sysbraykr, Mada R. Perdhana, yang merupakan penyelenggara acara ini mengatakan bahwa ancaman di bidang fintech perlu diperhatikan dan dicarikan solusinya, agar tidak berdampak negatif pada keberlanjutan bisnis.
Hal ini penting karena akan berdampak pada keberlanjutan bisnis, menggurangi risiko finansial, peningkatan kepercayaan pengguna, termasuk pengelolaan sumber daya yang efisien dan masih banyak alasan lainnya.
“Jogja Fintech Security Conference 2024 akan menjadi forum yang kaya akan pengetahuan, memungkinkan peserta untuk memahami dan mengatasi tantangan keamanan dari berbagai perspektif, serta mengembangkan solusi yang holistik dan efektif dalam melindungi ekosistem fintech,” ucap Mada.
Selain untuk meningkatkan pemahaman mengenai perkembangan terkini dan tantangan dalam keamanan fintech, forum ini juga bertujuan untuk membangun kolaborasi dan kemitraan antar akademisi, industri, dan badan pengatur.
Kegiatan ini dihadiri para pakar dari berbagai perspektif, diantaranya: BSSN, Bank Indonesia, OJK, BPD Bali, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), dan Tokopedia.