Yogyakarta, BSSN.go.id – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian memberikan ceramah dalam kegiatan Kuliah Umum dan Talkshow Jaga Ruang Siber bertema “Internalisasi Nilai-Nilai Budaya dalam Menjaga Ruang Siber dari Ancaman Perpecahan dan Propaganda di Media Sosial dan Ruang Siber” yang di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Rabu (21/9/2022).
Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi BSSN dengan Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI) dalam memberikan literasi budaya keamanan siber untuk pondok pesantren dan kalangan santri.
Membuka ceramah, Hinsa menyebut di era yang sudah serba digital ini, arus informasi deras mengalir menjangkau hampir setiap orang tanpa batas ruang dan waktu melalui gawai yang saat ini melekat dipegang oleh hampir setiap orang.
“Pandemi Covid-19 menjadi titik balik begitu banyaknya aktivitas masyarakat memanfaatkan ruang siber. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di ruang siber ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi terdapat berbagai kemudahan dan peluang namun di sisi lain terdapat berbagai jenis ancaman yang setiap saat bisa merugikan pengguna ruang siber,” ungkap Hinsa.
Hinsa menyebut meski faktanya demikian, masih banyak orang yang belum menyadari dan peduli terhadap potensi ancaman di ruang siber. Hinsa menyatakan diperlukan literasi keamanan siber secara berkesinambungan untuk menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap hal tersebut.
“Aplikasikan apa yang sudah diajarkan dalam pesantren dalam kehidupan sehari-hari termasuk ketika berinteraksi dan menggunakan ruang siber. Manfaatkan peluang yang ada di ruang siber dengan tetap menjaga budaya yang sudah dikembangkan dan dimiliki oleh Bangsa Indonesia seperti tenggang rasa, sopan santun, saling menghormati serta Pancasila sebagai jati diri dan pelindung diri dalam berinteraksi dan menggunakan ruang siber,” ungkap Hinsa.
Hinsa mengajak peserta yang sebagian besar merupakan santri yang sedang menempuh pendidikan tingkat pertama untuk fokus belajar dan bijak menyaring informasi yang didapatkan dari ruang siber sebelum menggunakannya sebagai bahan pengambilan keputusan.
“Saya juga mengundang santri yang memiliki latar belakang kelilmuan dan penjurusan yang sesuai untuk bergabung dengan BSSN dengan melanjutkan pendidikan ikatan dinas di Politeknik Siber dan Sandi Negara setelah lulus dari pendidikan pesantren.
Hinsa pun turut memberikan movitasi kepada Santri untuk terus fokus belajar untuk mencapai cita-cita. Hinsa menyebut sebagaimana santri pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, saat ini kalangan santri juga merupakan elemen bangsa Indonesia yang memiliki potensi untuk menjaga ruang siber Indonesia.
“Dari Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, kota perjuangan Yogyakarta Saya mengajak seluruh Santriwan dan Santriwati serta seluruh generasi muda Indonesia dengan iman dan takwa dan cinta tanah air untuk mengamankan dan menjaga kedaulatan ruang siber nasional dengan cara belajar tekun dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkap Hinsa.
Dalamn kesempatan tersebut Hinsa mengimbau pesantren sebagai bagian dari penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain ilmu agama sebagai kajian utamanya.
Hadir sebagaoi narasumber dalam diskusi Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta Imaduddin Sukamto, Peneliti Kompleksitas Sosial Bandung Fe Institute Hokky Situngkir, Penasihat Ahli Polri Ifdal Kasim, Pengamat Sosial Ray Rangkuti, Aktivis lintas agama Sahat Martin Philip Sinurat yang dimoderatori oleh Ketua Umum FOKSI Muhammad Natsir Sihab.